Cerita Dewasa Hot Terbaru ML Dengan Sahabat Ku - Spesial Update Foto Imut Cantik www.ceritadewasaterbaru.blogspot.com kali ini akan berbagi informasi unik seputar Berita Harian, Cerita dewasa, Cerita Ngentot terbaru, cerita hot , Foto ABG hot , Foto telanjang Tante , Foto bugil, Dewasa Terbaru , Cerita Dewasa Hot Posting Pilihan Cerita Dewasa~video 3gp~ Berita Heboh~ Unik Asik Semoga Postingan Kali ini lebih menghibur Pecinta www.ceritadewasaterbaru.blogspot.com Foto Hot ~ABG` Artis model Cantik IMut.Update kali ini spesial Foto Hot Tante ,Foto Bugil Tante , Foto Telanjang Tante , Foto Tante Semok , Foto Tante Binal , Foto Tante Bispak , Foto Tante Seksi
Cerita Ngentot, cerita hot , cerita sexs , cerita dewasa
cerita dewasa, cerita sexs , cerita ngentot , cerita hot
Cerita Ngentot, cerita hot , cerita sexs , cerita dewasa
Cerita Dewasa Hot Terbaru ML Dengan Sahabat Ku - Di kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi atau artikel mengenai Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru dan di artikel sebelum nya saya telah membahas atau membuat postingan tentang Cerita Dewasa 2013 Paling Hot yang bisa sobat baca juga. Untuk kali ini giliran BLABLABALA yang akan saya bahas dan berikan infromasi lengkap nya kepada sobat sekalian yang memang sedang mencari nya.
Untuk melihat informasi mengenai Cerita Dewasa ML Dengan Sahabat Ku ini sobat bisa langusng lihat info lengkap nya langsung dibawah ini . Berikut ini Cerita Dewasa, Cerita dewasa terbaru yang bisa sobat simak atau lihat selengkap nya dibawah ini
Bagi kalian yang belum berumur 20 tahun silahkan kalian baca artikel yang lain karena ini adalahCerita Dewasa atau istilah lain nya Cerita Seks .
Pada suatu pagi
aku menerima sepucuk surat . Ternyata surat itu dari sahabatku Nasem yang tinggal di Manado . Isinya dia mengundangku datang ke sana untuk berkangen-kangenan . Maklum telah puluhan tahun kami terpisah jauh . Nasem di Minahasa, Sulawesi Utara dan
aku tetap di Malang, Jawa Timur .
Dalam suratnya, Nasem menceritakan pula tentang keadaan Hamid (samaran, sahabat kami pula) di Tewah . Katanya, ia juga kangen pad
aku .
Yah, sesungguhnya
aku pun juga kangen pada mereka . Kami adalah tiga sahabat karib, yang dulu tak terpisahkan . Lahir di kampung yang sama, tahun yang sama pula . Tak heran orang kampung menjuluki "Three Brothers" . Cuma bedanya, Nasem dan Hamid sukses di kariernya . Kini Nasem menjadi Kepala Cabang Dealer Mobil/Motor di Minahasa dan Hamid menjadi pedagang antar pulau dan tinggal di Tewah . Sedang
aku tidak . Tak banyak yang bisa dil
akukan anak petani macam
aku ini .
Sayangnya, setelah 10 tahun menikahi gadis Minahasa, Nasem belum juga dikaruniai anak . Beda denganku yang harus pontang-panting menghidupi isteri dan keempat anakku . Kalau saja Nasem tidak membantu, mungkin
aku sudah tidak sanggup . Itulah yang membuatku terharu . Meski sudah makmur dan terpisah oleh lautan, mereka masih memperhatikanku .
Kembali ke surat Nasem . Ada satu hal penting yang disampaikannya, yaitu minta bantuanku . Tanpa menjelaskan apa yang dimaksudkannya .
aku pun bingung, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu orang sekaya Nasem?
Dengan uang yang dikirimkannya,
aku pun berangkat memenuhi undangannya . Istriku harus tinggal, untuk menjaga rumah dan anak-anak yang harus sekolah . Kepadanya
aku pamit untuk waktu barang satu dua minggu .
Lalu, setelah 5 hari 5 malam berlayar,
aku pun sampai di tujuan . Di situ
aku sudah dijemput oleh Nasem dan istrinya . Begitu kapal bersandar, mat
aku menangkap sepasang tuan dan nyonya melambai-lambaikan tangan . "Nduutt . ., Genduutt . .!!" Teriak mereka . Nasem masih tetap memanggil dengan julukanku dan bukan nam
aku . Dulu semasa kecil,
aku memang paling gendut dibanding Nasem Dan Hamid .
Begitu turun dari kapal, kami saling berpelukan tanpa canggung . Kurasakan mereka memang rindu sekali pad
aku . Acara kangen-kangenan berlanjut sampai di rumah . Rumah Nasem besar, sedang dipugar dan mirip rumah pejabat . Apakah karena hal ini ia memanggilku ke sini? Entahlah . Praktis seharian kami tak menyinggung soal kedatanganku, karena keasyikan saling berkisah selama kami berpisah .
Maka pada malam kedua itulah, sehabis makan malam, Nasem dengan istrinya Sari memanggilku ke ruang tamu . Mulailah mereka membicarakan soal "bantuan" itu .
"Kira-kira apa yang bisa kubantu, apakah mengerjakan rumahmu ini?" tany
aku .
Kulirik, Nasem menggelengkan kepala .
"Begini Ndut, kamu kan tahu kami sudah 10 tahun menikah, tapi belum juga diberi momongan . Masalahnya, menurut dokter,
aku ini memang mandul . Jadi kami sepakat untuk minta tolong kamu . Itu sebabnya kami mengundangmu datang kemari," tutur Nasem, panjang-lebar . Tapi
aku masih bingung dengan ucapannya itu, hingga kuminta ia menjelaskan lagi .
"Jelasnya, kami ingin sekali punya anak walau seorang . Tapi kutahu pasti dari dokter bahwa
aku tidak bisa membuahi istriku karena
aku mandul . Maka kuminta bantuanmu untuk menggantikan diriku agar kami bisa punya anak," tuturnya lagi dengan jelas .
"Hah . . apa?
aku harus menggantikan dirimu agar bisa memberikan anak kepadamu," tany
aku, penasaran .
"Yah . . begitulah maksudku," jawabnya, membuat
aku kian tak mengerti .
"Lalu dengan cara bagaimana
aku menggantikanmu? Kamu kan tahu bahwa
aku ini bukan 'Deddy Coubuzier' atau dukun . Apakah
aku bisa melaksanakan permintaanmu itu Sem?" ucapku .
"Ah kamu ini memang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu . Begini, kamu ini memang bukan seorang dukun dan permintaanku ini tidak ada kaitannya dengan perdukunan . Yang kuminta adalah, kesediaanmu menggantikan diriku sebagai suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku agar kami bisa punya anak . Sudah? Jelas tidak?" ucap Nasem merinci, dan nampak agak kesal juga melihat kebodohanku .
"Oh begitu maksudmu . Tapi benarkah ucapanmu itu? Dan apakah Sari menyetujuinya?" tany
aku meyakinkan, seraya memberi pertimbangan agar Nasem mengadopsi anak saja .
Menurut mereka, semula memang berniat untuk mengadopsi anak .
"Tapi sebaik-baiknya mengadopsi anak, masih lebih baik punya anak dari rahim istriku sendiri . Dan ini kalau bisa . . ya kan sayang?" ucap Nasem .
"Ya Mas Ndut, kami sudah berunding sebelumnya . Dan demi keinginan kami,
aku rela menyerahkan tubuhku untuk dibuahi Mas Ndut . ." ucap Sari pelan .
Kini
aku paham maksud mereka . Tapi
aku tak segera menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mat
aku . Bila kuterima, ah . . itu berarti
aku harus melanggar pagar ayu . Apalagi ini istri sahabat sendiri . Dan bila kutolak, Nasem pasti kecewa . Itu yang pertama . Yang kedua,
aku terlanjur datang jauh-jauh dari Jawa . Dan ketiga mengingat budi dan jasanya yang kuterima selama ini, kapan lagi
aku bisa membalasnya .
Tapi Nasem terus mendesakku .
"Yah . . bagaimana ini ya . Sem, kuterima atau tidak permintaanmu ini?" kat
aku .
"Sudahlah Ndut, kuharap kamu bersedia membantuku . Nggak usah risau, kami pun tak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu," ucap Nasem meyakinkan .
aku pun tanpa sadar berucap, "Yah baiklah . Tapi bagaimana nanti kalau gagal?" tany
aku .
"Seandainya gagal, itu bukan kesalahanmu . Nanti kami akan senantiasa berdoa semoga keinginan kami ini dikabulkan," ucap Nasem dengan arif .
Selanjutnya dengan kesepakatan dan restu bersama,
aku diminta untuk memulai malam itu juga . Begitu mendengar kesediaanku mereka permisi hendak mempersiapkan kamar tengah . Nasem sendiri nampaknya pindah ke kamar depan . Bantal dan perlengkapan tidur lainnya dibawanya ke depan .
Tepat pukul 22:00 WITA,
aku dipersilakan Sari masuk ke kamar tengah yang sudah bersih, indah dan harum . Terasa berat kakiku melangkah, hingga Nasem dan Sari membimbingku masuk . Habis itu, Nasem pun keluar, meninggalkan
aku dan Sari berdua di kamar .
"Sari, apakah kamu yakin
aku bakal bisa memberi anak nantinya . .?" tany
aku .
"Mas Ndut, secara pribadi
aku yakin kamu bakal bisa memberi anak untukku nantinya ." ucapnya manja .
"
aku tidak tega tubuhku yang kotor ini nantinya akan 'mengobok-obok' tubuhmu yang mulus itu ."
"Mas Ndut,
aku kan sudah bilang ini demi keinginan kami berdua . Jadi tubuhku yang mulus ini kuserahkan padamu Mas . Ayo dekatlah kemari Mas Ndut . Tak usah malu-malu,
aku siap bertempur Mas . ." ucapnya lagi sambil menarik tanganku ke pembaringan .
Sayup-sayup kudengar pintu jendela depan ditutup dan dikunci .
"Lho siapa yang menutup pintu dan jendela di luar sana itu Sar?" tany
aku, sembari duduk di bibir ranjang .
"Oh itu pasti Mas Nasem sendiri kok Mas Ndut," jawabnya, seraya menjelaskan bahwa 2 pembantunya terpaksa dipulangkan agar rencana ini berjalan mulus .
"Oh begitu!" ucapku .
"Mas Ndut
aku sudah nggak tahan nich?" ucapnya sambil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang mulus itu . Tubuhnya yang mulus dengan susunya yang begitu montok dan vaginanya yang menantang . Panas dingin
aku memandangnya . Lutut ini gemetar dan tubuhku meriang bak kena setrum listrik 1000 watt .
aku yang biasa melihat istriku bugil, kini jadi lain .
Di rumah
aku biasa tidur dengan beralaskan tikar . Kini
aku berhadapan dengan ranjang mewah beraroma wangi, plus tubuh mulus tergolek di atasnya . Tapi badanku terus menggigil seperti terjangkit malaria berat . Eh, Sari tiba-tiba bangun menghampiriku dan melepaskan seluruh pakaianku yang sejak tadi belum kubuka .
aku cuma terbengong-bengong saja . Lalu . .
"Sekarang . . coba Mas Ndut berbaring . ." ucapnya sambil mendorong tubuh telanjangku .
aku menurut saja . Penisku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Sari mulai beraksi .
"Wah . . wahh . . besar sekali penismu, Mas Ndut ." tangan Sari segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut . Segera saja penisku yang sudah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sari . Ia segera menjilati penisku itu dengan penuh semangat . Kepala penisku dihisapnya keras-keras, hingga membuatku merintih keenakan .
"Ahh . . ahh . . ohh . ."
aku tanpa sadar merintih merasakan nikmat sesaat . Menyadari keringatku yang mengucur dengan deras sehingga menimbulkan bau badanku yang kurang sedap, buru-buru
aku mendorong kepala Sari yang masih mengulum penisku itu untuk pamit mau mandi dulu . Lalu, kuguyur badanku dengan segala macam sabun dan parfum yang ada di situ kugosokkan agar badanku harum . Tiga kran yang ada di situ kubuka semua dan kurasakan mana yang berbau sedap, kupakai untuk menyegarkan badan . Bukankah sebentar lagi
aku mesti melayani sang putri bak bidadari?! Mungkin sudah terlalu lama
aku di kamar mandi, terdengar Sari mengetuknya . Begitu pintu kubuka, ah . Sari berdiri dengan tubuh montoknya . Ohh . . Seandainya yang pamer aurat di depanku itu istriku
aku tak akan menanti lama-lama pasti langsung kudekap dia . Tapi dia adalah istri sahabatku ."Malaria"-ku yang sempat sembuh waktu mandi tadi, kini kumat lagi . Cepat-cepat
aku masuk lagi dan menguncinya . Di dalam kamar mandi
aku bimbang bagaimana sebaiknya, kulaksanakan atau kubatalkan saja?
Akhirnya malam itu terpaksa gagal . Hingga pukul lima pagi
aku masih belum berani mel
akukannya . Melihat Sari bak bidadari turun dari kahyangan, memang membuatku tergiur . Tapi ketika berhadapan dengannya nyaliku jadi ciut .
Esoknya rupanya Sari melapor pada suaminya . Dan
aku ditegur Nasem .
"Ndut, kenapa tidak kamu laksanakan? Bukankah sudah kami katakan ." ucapnya .
aku cuma diam saja . Agar tidak kecewa lagi, malam ini tekadku akan kulipatgandakan untuk mel
akukannya .
Pukul 22 .00 WITA, Nasem meninggalkan kami berdua di ruang tamu . Sejurus kemudian, "Ayo Mas Ndut kita tidur yuk," ucap Sari manja sembari meraih tanganku dan ditariknya ke kamar . Setelah mengunci pintu kamar, dia menyuruhku duduk di tepi ranjang dan jari-jarinya yang lentik mulai memijat pundakku . Aneh, setelah dipijat
aku menjadi lebih rileks . Dia sorongkan wajahnya dekat sekali dengan wajahku dan tiba-tiba bibir kami sudah merapat dan saling menghisap . Lama juga kami berciuman dan juga saling memilin lidah sementara tangan kami saling membelai dan mengusap .
Kami masih duduk berhadapan . Lalu Sarilah yang mulai membuka semua pakaianku . Dia kecup leherku turun ke bawah ke dada dan ke puting dad
aku . Sampai disini, dia menjulurkan lidahnya dan putingku dijilat-jilat . penisku langsung menegang, sangat keras dan semakin keras karena diremas-remas olehnya .
Singkat kata, kami pun sudah bertelanjang bulat dan
aku pun segera menindih badannya yang kenyal dan padat . Karena ada sisa kegugupan, maka
aku langsung coba memasukkan penisku ke dalam vaginanya .
"Tunggu, pelan-pelan saja Mas Ndut," bisiknya sambil mengelus kepala kemaluanku di depan lubangnya . Pelan-pelan sekali . Lalu tugasnya kuambil alih dan kulanjutkan menyentuh dan menggosokkan kepala penisku itu . Pelan dan pelan sekali . Terasa olehku lubangnya semakin basah dan licin . Tiba-tiba . . "Slepp . ." masuklah penisku ke dalam sangkarnya .
aku mulai menggenjot perlahan-lahan . Naik turun, naik turun . Sementara itu bibir kami berdua tetap bertaut . Saling kecup, saling hisap . Tangan Sari mengusap-usap punggungku terkadang turun ke bawah ke pantat dan jarinya mempermainkan lubang pantatku, geli campur enak . Tanganku sibuk mengelus kepalanya dan rambutnya . Semua kami l
akukan dengan pelan dan lembut .
Setiap
aku hampir sampai ke puncak, Sari selalu memelukku erat-erat sehingga
aku tidak bisa bergerak . Tepatnya, kami berdua diam tak bergerak sambil saling peluk dan penisku tertanam dalam di kemaluannya . Setelah agak reda kembali
aku memompa naik turun .
Selang beberapa saat, Sari ganti di atas . Rupanya dia amat menyenangi posisi ini . Ganti sekarang dia yang memeluk dan menciumiku sementara pantatnya bergoyang dan berputar dengan penisku tertancap di dalam kemaluannya . Semakin lama semakin semangat . Sampai akhirnya ia pun mengejang dan mulutnya berdesis-desis dan kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri dan ke kanan, kupeluk dia dan kutekan pantatnya sehingga sampailah ia pada puncak kepuasannya . Lemaslah tubuh Sari dan dia menciumi seluruh wajahku sambil mengucapkan, "Terima kasih ya Mas? Mas telah mel
akukan tugas dengan baik . .
aku sungguh tidak menyangka Mas bisa membuatku melayang sampai ke langit yang ke-tujuh . . (ucapnya sambil mengecup bibirku, terus tangannya memegang penisku yang menurut dia jauh lebih besar dan panjang dari punya Nasem)" .
Selesai tugasku maka
aku pun membalikkan badannya dan ganti
aku di atas . Kuangkat kedua kakinya dan kubelitkan di kedua pah
aku lalu kumasukkan penisku dan kukocok perlahan-perlahan untuk makin lama makin cepat dan akhirnya menyemburlah air maniku ke dalam lubang vagina Sari . Sari memeluk tubuhku erat-erat dan kami pun berciuman lama . Sempat sekitar sepuluh menit kami diam tak bergerak dalam posisi
aku di atas badannya dan tubuh kami tetap jadi satu bersambung dari bawah .
Tak terasa 'pekerjaan' yang kulaksanakan ini sudah menginjak malam ke dua belas .
"Mas Ndut, sebenarnya menurut perhitungan saya, haid saya sudah lewat 7 hari yang lalu," kata Sari pada suatu malam setelah kami kelelahan . Tapi Nasem masih belum yakin istrinya hamil .
aku dimintanya 'bersabar' barang sepuluh hari atau dua minggu lagi . Bersamaan dengan itu, ia mengirimkan uang belanja untuk istriku dan anak-anakku .
Hingga pada suatu hari, terhitung hampir sebulan
aku di sana . Nasem membawa istrinya ke dokter ahli kandungan . Tak berapa lama mereka pun pulang dengan wajah yang cerah . Berhasil!
"Oh Ndut, istriku hamil!" katanya gembira .
Kiranya 'pekerjaanku' tak sia-sia . Kusarankan pada mereka untuk menjaga kandungan Sari, hingga kelak si jabang bayi lahir .
aku sendiri, sudah kangen pada keluarg
aku di kampung . Maklum, hampir sebulan
aku meninggalkan mereka . Tapi
aku berjanji kepada Nasem, bersedia diundang lagi seandainya hasilnya gagal . Nasem pun tak keberatan melepaskanku pulang . Kebetulan dua hari lagi ada kapal berangkat ke Surabaya . Sorenya mereka belanja oleh-oleh untuk keluarg
aku di rumah . Aduh bukan main senangnya hati mereka . Setelah itu
aku pun berangkat naik kapal pulang ke kampung .
Singkat cerita, sesampainya di rumah kukatakan pada istriku bahwa
aku diminta menyelesaikan bangunan rumahnya . Dan istriku percaya saja . Tapi dalam hati,
aku merasa berdosa kepadanya .
Delapan bulan kemudian
aku menerima surat dari Nasem bahwa 'anaknya' telah lahir, wanita, cantik lagi, dan diberinya nama Ratih . "Ah syukurlah," gumamku .
Begitulah yang terjadi . Rahasia ini masih kusimpan demi ketenangan keluarg
aku . Tapi satu hal yang tak dapat kupungkiri, bahwa darah dagingku pun terpisah di sana . Disatu sisi
aku bangga dapat membahagiakan sahabatku dan membalas budinya . Tapi disisi lain soal akibat dosanya, kuserahkan kepada Yang Di Atas .
aku hanya dapat berucap, mohon ampun pada-Nya .